Music Video
Music Video
Credits
PERFORMING ARTISTS
Morgue Vanguard
Performer
COMPOSITION & LYRICS
Adam Joswara
Composer
Herry Sutresna
Songwriter
PRODUCTION & ENGINEERING
Morgue Vanguard
Producer
Vladvamp
Producer
Lyrics
[Intro]
Beberapa hal perlu dicatat sebelum memori membusuk bersama kota ini
[Verse 1]
Kuingin mencintaimu dengan tidak sederhana
Karena tak ada yang membaca Sapardi di Kantin Sastra
Tak banyak rencana disemat di luar margin baca
Terlebih menghitung janji terikat pada ranting kaca
[Chorus]
Kuingin mencintaimu dengan tidak sederhana
Bagai membebaskan derai pohon tua di Jalan Cemara
Dari pikat kalimat berpantun dan kuasa metafora
Bagai rindu Mbak Sipon pada kekasih yang dibawa tentara
[Verse 2]
Di dunia yang bergegas kuingin senantiasa
Hidup lebih lambat dari bebek 70-ku di rentang masa
Secarik larik dibuat seolah kau bacakan tabula
Perihal Hari Yang Sempurna Duran Duran di Tahura
[Verse 3]
Pada hari awal kita yang tak sempat dipenjara aksara
Tak ada isyarat yang sempat disampaikan pita kaset kepada
Walkman usang yang menjadikannya aus, kusut bersuara
Mengirim dunia tersembunyi lewat Axl Rose bersungkawa
[Verse 4]
Waktu mengalir dan lupa bermuara
Sehingga di hilir menjadi rumah bagi umbara
Menjadi rumah bagi goresan kita di sekujur Ganesha
Dan malam yang kita habiskan memunguti langit Bandung Utara
[Verse 5]
Terik Jatinangor yang membuat semua tak lagi sama
Dan keringat beraroma pada besi di atas Damri tua
Menarik garis pada awal semua bermula serupa
Batas tipis melawan lupa dan melayat luka
[Chorus]
Kuingin mencintaimu dengan tidak sederhana
Bagai membebaskan derai pohon tua di Jalan Cemara
Dari pikat kalimat berpantun dan kuasa metafora
Bagai rindu Mbak Sipon pada kekasih yang diculik tentara
Kuingin tak berjarak dengan kesunyian semarak
Dan mengurai kegelapan dari Derai-Derai Cemara
Bahwa hidup tak melulu soal kekalahan yang tertunda
Namun, pula perihal menjalani yang tak terduga
[Chorus]
Kuingin mengingat semua yang pernah hadir
Pada hidup yang tak perlu banyak upaya tafsir
Membebaskan jelajah dari tirani qanun serupa syair
Penjara pantai Banda Neira yang membebaskan Syahrir
[Verse 6]
Kuingin merekam banyak hal sebelum ingatan punah
Mengingat kau memaklumi semua yang sulit dianggap lumrah
Purwarupa bapak muda yang tiap hari berusaha keluar rumah
Meski tak pasti ada kerja dan pulang membawa upah
[Verse 7]
Memberi makna pada lusinan purnama
Pada satu gang sempit di mana kontrakan kita pertama
Pada setermos air panas tetangga yang kita minta
Saat tak ada lagi kas untuk menjaga kompor tetap menyala
[Verse 8]
Saat ideologi tak lebih sakti di depan kasa
Namun, beberapa hal terbayar tunai di kala
Tarian pertama Alyssa, medali pertama Nayla
Gambar pertama Ababil sebelum bertemu layar-layar kaca
[Verse 9]
Kuingin turun bersama hujan di baris puisimu
Menjadi peziarah objek di angkasa saat merindu
Yang selalu takut kehabisan waktu
Menemanimu menyanyi Desember di konser hingga Desember terakhirku
[Verse 10]
Ruang ingatan yang tak dapat tersukat umur
Melampaui perjalanan yang kuatrin tak bisa ukur
Meski pada waktunya semua akan uzur
Kuingin setiap hariku sore 95 di bangku Perpus Dipatiukur
[Chorus]
Kuingin mencintaimu dengan tidak sederhana
Bagai membebaskan derai pohon tua di Jalan Cemara
Dari pikat kalimat berpantun dan kuasa metafora
Bagai rindu Mbak Sipon pada kekasih yang diculik tentara
Ku ingin tak berjarak dengan kesunyian semarak
Dan mengurai kegelapan dari Derai-Derai Cemara
Bahwa hidup tak melulu soal kekalahan yang tertunda
Namun, pula perihal bersamamu menjalani yang tak terduga
[Verse 11]
Kuingin menghidupi semua puisimu di buku harian
Yang pernah berbagi peran, mengajariku perihal angan
Dengan memberi utopia jalan, kasut, dan jas hujan
Sehingga ia punya kesempatan
Untuk tak hanya berakhir menjadi sekedar gagasan
[Outro]
Mencintaimu adalah menghidupi sajak yang tak pernah tertulis
Written by: Adam Joswara, Herry Sutresna


